Jumat, 09 Desember 2016

Standard Operation Procedure






Keterangan mind map Standard Operation Procedure:




SOP HR ADMIN (berisi dokumen-dokumen mengenai SDM):


·         ISDM: inti sumber daya manusia


·         Adm SDM (Existing): Karyawan yang bekerja didalam suatu perusahaan.

·         Adm SDM (Neo): data karyawan yang baru diterima didalam perusahaan.

·         Remunasi : berhubungan dengan kompensasi tenaga kerja.

RECRUITMENT

·         Seleksi Karyawan (selection): berhubungan dengan proses dalam memilah calon tenaga kerja.

·         Pengadaan Karyawan : berhubungan dengan proses pencarian tenaga kerja.

·         Orientasi dan Evaluasi : berhubungan dengan orientasi dan evaluasi calon tenaga kerja.

PENGEMBANGAN SDM


·         Program Pengembangan: behubungan dengan hasil evaluasi SDM dalam bekerja, dan diberi pengarahan serta pelatihan.

·         Identifikasi Kompetensi: identifikasi kemampuan SDM dalam bekerja.

·     Kemetaan Kompetensi: berhubungan dengan penempatan SDM sesuai kemampuan.

·         Perencanaan Karir: berhubungan perencanaan jangka panjangnya karir SDM dalam perusahaan.

PENILAIAN KINERJA


·         Perencanaan penilaian kinerja: berhubungan perencanaan proses  atau cara menilai jangka panjang terhadap kompetensi SDM dalam bekerja.

·         Monitoring: berhubungan dengan pengontrolan dan pengarahan SDM. dalam bekerja.

·         Evaluasi: berhubungan dengan pengevaluasian kompetensi SDM dalam bekerja.

Industri Relation


·         Indicipliners: berhubungan dengan norma dan peraturan suatu perusahaan.

·         Comunity Development: berhubungan dengan pengembangan kelancaran komunikasi antara SDM atau SDM perdivisi maupun dalam divisi.

·         Employee Opinion Survey: berhubungan dengan evaluasi kerja dari SDM.

·         Forum Komunikasi Bipartit: berhubungan dengan suatu forum insisiatif yang terdiri dari perwakilan para pekerja atau organisasi pekerja secara bersama-sama mengadakan pertemuan untuk mengidentifikasikan dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kepentingan dan kebutuhan bersama.

·         K3(Kesehatan Keselamatan Kerja): berhubungan dengan risiko dan bahaya kerja serta pencegahan dan penanggulangan risiko bekerja.

·         Pengunduran Diri: berhubungan dengan pengundunduran diri SDM.

·         Peraturan Perusahaan: berhubungan dengan peraturan dalam perusahaan.

·         Perizinan Tenaga kerja:  berhubungan dengan syarat SDM bekerja sehingga mendapatkan perizinan.

·         Perjanjian kerja sama:  berhubungan dengan kontrak kerja antara SDM dengan perusahaan.

·         Stability Monitoring: pengontrolan SDM perusahaan secara konsisten.

Kamis, 29 September 2016

Selasa, 23 Agustus 2016

Pengertian dan Wawasan Psikologi Industri dan Organisasi


Pengantar

Psikologi sebagai ilmu di Indonesia mulai sebelum Perang Dunia II melalui lembaga pendidikan dan diterapkan pada bidang pendidikan. Pada tahun 1953, didirikan Lembaga Pendidikan Asisten Psikologi, Psikologi dikembangkan dan diterapkan ke berbagai bidang kehidupan, dalam kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan kehidupan masyarakat.

Perkembangan Psikologi industri dan organisasi sangat dipengaruhi psikologi dari negara-negara Barat, salah satunya Amerika Serikat. Banyak buku dan majalah psikologi dipakai sebagai acuan  dalam pengembangan dan penerapan psikologi di Indonesia.

Psikologi Sebagai Ilmu

Ilmu berusaha memberi penjelasan tentang kejadian-kejadian. Metode ilmiah bertujuan untuk memaksimalkan objektivitas dari temuan yang dilaporkan. Ilmu berhubungan dengan fakta-fakta yang dapat diobservasi, yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, diukur, dan dilaporkan. Lembaga-lembaga psikologi di atas mempelajari gejala-gejala psikis pada manusia dengan rancangan eksperimen  dari psikologi eksperimen.

Psikologi eksperimen juga mempelajari gejala-gejala psikis dan perilaku manusia dalam bidang industri. Tetapi temuannya ternyata dalam suatu laboratorium dengan menggunakan rancangan eksperimen kurang dapat di andalkan, karena situasinya buatan. Akhirnya muncul studi lapangan, tetapi sulit dilaksanakan. Tetapi kedua macam penelitian ini saling melengkapi.

Penerapan psikologi umum  di industri di mulai pada awal  Abad ke-20. Tahun 1901, Walter Dill Scott berbicara tentang kemungkinan penggunaan psikologi dalam periklanan. Dua tahun kemudian Ia menerbitkan bukunya Theory of Advertising. dipandang sebagai buku pertama yang membahas tentang psikologi dengan suatu aspek dari dunia kerja. Tahun 1913 terbit buku dengan judul psychology of industrial efficiency yang ditulis Hugo Muensterberg, buku yang lebih dalam membahas tentang psikologi industri.

Selanjutnya para sarjana psikologi eksperimen membantu dalam membuat alat-alat yang membantu suatu pekerjaan dengan bekerja sama dengan sarjana teknik, ilmu yang berkembang ini dikenal dengan nama ergonomi, atau psikologi perekayasaan.

Psikologi Diferensial

Di samping psikologi umum, berkembanglah psikologi diferensial atau psikologi khusus. William Stern, seorang sarjana Jerman, yang mempelopori psikologi diferensial. Dalam bukunya Die Differentielle Psychologie yang terbit pada 1900. Pada buku tersebut mengulas secara sistematik bidang-bidang dan metode psikologi diferensial.

Melalui psikologi khusus ini, berkembanglah psychotectniek yang sekarang dikenal sebagai psikometri, yang berupaya mempelajari dan mengukur gejala-gejala psikis seseorang. Perbedaan manusia juga dapat diukur dengan menggunakan alat-alat psikologik. Awalnya tes psikologi dimulai pada abad ke-20 yaitu mengukur intelegensi dan kemampuan mental lainnya. Tes intelegensi dikembangkan oleh Binet dan Simon di Perancis. Tes tersebut digunakan untuk membedakan anak-anak yang normal dengan yang lemah ingatan.

Selanjutnya, tes intelegensi dari Binet di kembangkan oleh Terman dan Merrill atau dikenal Terman-Merrill Intelligence Test. Tes psikologi di Amerika pada Perang Dunia I (1914) juga berkembang, yang dimana para sarjana psikologi mendapat tugas untuk mengembangkan tes intelegensi dalam menyeleksi anggota tentaranya. Tes tersebut dikenal dengan nama Army Alpha Test dan Army Beta Test.

Setelah PD I psikometri berkembang dengan pesat. Tes-tes psikologik mulai digunakan dalam seleksi tenaga kerja oleh perusahaan, tes mengukur kepribadian dan minat, dan lain-lain.

Psikologi Industri dan Organisasi di Indonesia

Psikologi sebagai ilmu dikenal dan dikembangkan di Indonesia sekitar tahun 1950-an. Ketika kemerdekaan Indonesia diakui secara resmi oleh Belanda akhir tahun 1949, terdapat penggunaan tes-tes psikologik:

  • Balai Psychotechniek dari Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan RIm mengadakan seleksi siswa untuk masuk ke sekolah menengah kejuruan teknik, dan pengukuran psikometris untuk keperluan penjurusan sekolah
  • Pusat Psikologi Angkatan Darat di Bandung, yang menyelenggarakan seleksi dan penjurusan bagi para anggotanya berdasarkan pengukuran psikometris.

Pada 3 Maret 1953, Prof. Dr. Slamet Iman Santoso, melebur Lembaga Pendidikan Asisten Psikologi, Balai Psychotechniek dari Kementerian Pendidikan, serta Pengajaran dan Kebudayaan RI menjadi Psikologi Kejuruan dan Perusahaan. Lembaga Pendidikan Psikologi berkembang menjadi jurusan Psikolgi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan tahun 1960 menjadi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Bagian Psikologi Kejuruan dan Perusahaan sekarang menjadi Psikologi Industri dan Organisasi, yang diterapkan penggunaan tes dalam rangka seleksi dan penjurusan sekolah. Pengembangan Psikologi Industri dan Organisasi dipelopori dua fakultas, yaitu Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran (September 1961) dan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada (Januari 1965).
 
Perkembangan psikologi industri dan organiasi di Indonesia didukung dari negara-negara barat, dari Hasil penelitian, teori yang berkembang, metodologi, dan perangkat peralatan yang canggih. Terdapat masalah dalam perkembangan bidang psikologi ini, Indonesia harus cermat mengelai teori, aturan dan prinsip psikologi yang sesuai masyarakat dan kebudayaan Indonesia, kurangnya dana untuk melakukan penelitian, tenaga peneliti dan penerap kurang, dan kesedian dan kemampuan perusahaan untuk menggunakan jasa-jasa psikologis masih terbatas.

Psikologi dan industri di Indonesia adalah ilmu terapan melakukan pelaksanaan pemeriksaan psikologis dengan tujuan seleksi dan penempatan, penyuluhan dan bimbingan, dan pengembangan karier. Terapan yang lain adalah bidang pelatihan dan konsultasi. Ada beberapa sarjana psikologi yang bekerja sebagai konsultan pada suatu perusahaan atau lembaga.

Pengertian Psikologi Industri dan Organisasi

Isitilah Psikologi Industri dan Organisasi merupakan terjemahan dari Industrial and Organizational Psychology (industri mencakup perusahaan atau bisnis).

Dewasa ini, perilaku manusia dengan kaitannya dengan Industri dan organisasi dipelajari untuk pengembangan teori. Teori motivasi Herzberg, teori kepemimpinan Vroom, dan lain-lain. Selain itu, alat-alat untuk mengukur perbedaan manusia juga dikembangkan dalam seleksi, penempatan, pengenalan diri, penyuluhan, dan pengembangan karier.

Sejak Perang Dunia II, psikologi Industri dan Organisai berkembang menjadi ilmu mandiri. PIO melaksanakan penelitian ilmiah, mengembangkan teori serta menguji kebenarannya lalu diterapkan.

PIO merupakan keseluruhan pengetahuan yang berisi fakta, aturan, dan prinsip-prinsip tentang perilaku manusia terhadap pekerjaan. Pertama, PIO adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam perannya sebagai tenaga kerja dan sebagai konsumen. Kedua, PIO adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia secara perorangan dan kelompok, untuk kepentingan dan kemanfaatan manusianya dan organisasinya dalam industri dan organisasi.

Wawasan Psikologi Industri dan Organisasi

Semula, ilmu ini dinamakan psikologi industri yang fungsi utamanya menerapkan ilmu psikologi di Industri. Karena psikologi industri menjadi ilmu yang mandiri, maka psikologi industri menjadi PIO atau psikologi industri dan organisasi.

Maksud dari organisasi ini mencakup mencari keuntungan, yang memproduksi barang atau jasa, dan organisasi yang tujuan utamanya bukan mencari keuntungan (lembaga pendidikan, badan pemerintahan).

Organisasi (industri)  sebagai suatu sistem yang terdiri dari subsistem atau satuan kerja yang besar. Satuan kerja yang besar terdiri dari satuan-satuan kerja kecil, lebih kecil lagi, misalnya seksi, seterusnya sampai ke satuan kerja terkecil, yaitu tenaga kerja.

Organisasi industri berinteraksi dengan sistem lain (organisasi industri lainnya, departemen, lembaga, dan lain-lain). Tujuan interaksinya menerima dan melepas sesuatu (tukar menukar). Sebagai contoh organisasi industri menerima bahan baku, informasi, peralatan, atau tenaga kerja dari sistem lainnya, dan menyalurkan hasil atau produk ke sistem lain.

Model Organisasi Industri sebagai suatu sistem

  • Seleksi dan penempatan tenaga kerja (sesuai syarat).

  • Pelatihan dan pengembangan (agar tenaga kerja memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam bekerja).

  • Kondisi kerja dan psikologi kerekayasaan (menyesuaikan lingkungan kerja fisik dengan kemampuan tenaga kerja agar bekerja lebih efisien).

  • Kepemimpinan dalam perusahaan (bertujuan mengarahkan tenaga kerja dalam mencapai tujuan kelompok kerjanya.

  • Organisasi dan kelompok kerja (organisasi terdiri atas pemimpin yang mengarahkan, dan motivasi serta sikap kerja dipengaruhi oleh kelompok kerjanya.

  • Pengembangan dan budaya organisasi (pengembangan organisasi dengan teknik intervensi untuk meningkatkan efisien, efektivitas, dan kesehatannya yang mempengaruhi budaya perusahaan).

  • Penimbangan karya

  • Motivasi kerja

  • Kepuasan kerja

  • Stres dan Keselamatan kerja (perhatian pada tenaga kerja)

  • Perilaku konsumen (pastikan produk diterima oleh sistem lain-laku dijual).

Kaitan Psikologi Industri dan Organisasi dengan Ilmu-Ilmu Lain

PIO memberikan kontribusinya pada perilaku keorganisasian dan manajemen sumber daya manusia.
  • Kaitan dengan perilaku keorganisasian,
PIO adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam perannya sebagai tenaga kerja dan sebagai konsumen. Dan PIO juga adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia secara peorangan dan kelompok, untuk kepentingan dan kemanfaatan manusianya dan organisasinya dalam industri dan organisasi. Sebagai tenaga kerja, perilaku yang dipelajari untuk mengenali sikap dan kepribadiannya dalam interaksinya dengan lingkungan sosial (antaranggota, antarkelompok, dan lain-lain).
  • Kaitannya dengan manajemen sumber daya manusia
Di Indonesia banyak merasa sulit untuk membedakan PIO dengan manajemen sumber daya manusia  (msdm). Msdm memanajemeni manusia sebagai tenaga kerja, di mana prinsip efisiensi dan efektivitas yang diperhatikan. Sedangkan PIO penemukenalan manusia sebagai tenaga kerja yang memiliki ciri yang dipersyaratkan untuk pekerjaan tertentu dalam proses seleksi dan penempatan, proses pelatihan dan pengembangan, serta interaksi tenaga kerja dengan lingkungan fisik dan sosial.

Perbedaan PIO dengan MSDM

Secara umum PIO adalah salah satu bidang ilmu psikologi yang mempelajari gejala-gejala perilaku, sikap, kepribadian seseorang dalam dunia organisasi/perusahaan. Isu-isu yang dibahas seperti penyediaan/rekrutmen tenaga kerja, pengembangan karyawan, evaluasi kinerja, efektifitas kerja dan analisa beban kerja, kepuasan karyawan, intervensi pengembangan organisasi, kesejahteraan karyawan dan seterusnya.
Sedangkan secara umum Manajemen SDM adalah suatu ilmu yang memiliki fungsi perencanaan (planning), pengaturan (organizing), pengarahan (actuating) dan pengawasan (controlling) terhadap sumber daya manusia dalam suatu organisasi/perusahaan sehingga tercapai tujuannya. Isu-isu yang dibahas dalam MSDM adalah teori manajemen, teori dan pengembangan organisasi, manajemen strategis, perencanaan tenaga kerja, evaluasi jabatan, manajemen karir, manajemen kinerja, manajemen talenta, manajemen kompensasi dan benefit, mengatur training & development, dan seterusnya.

Apabila dicermati secara umum maka PIO mencoba mengcapture perusahaan/organisasi berbasis pada perilaku, sikap, motivasi dan karakter manusia ketika melakukan suatu pekerjaan. Sementara MSDM melihat perusahaan/organisasi berbasis pada perencanaan jumlah SDM, mengatur posisi manusia supaya sesuai dengan strategi, mengarahkan SDM pada misi perusahaan, evaluasi efektifitas struktur organisasi, mendesain & mengembangkan sistem manajemen SDM dan seterusnya.



 

Senin, 29 Februari 2016

Teori-teori atribusi

Atribusi adalah memperkirakan apa yang menyebabkan orang lain itu berperilaku tertentu. Menurut Myers (1996), kecenderungan memberi atribusi disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu, termasuk apa yang ada dibalik perilaku orang lain. Attribution theory (teori sifat) merupakan posisi tanpa perlu disadari pada saat melakukan sesuatu menyebabkan orang-orang yang sedang menjalani sejumlah tes bisa memastikan apakah perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan orang lain dapat merefleksikan sifat-sifat karakteristik yang tersembunyi dalam dirinya, atau hanya berupa reaksi-reaksi yang dipaksakan terhadap situasi tertentu.

Kajian tentang atribusi pada awalnya dilakukan oleh Frizt Heider (1958). Menurut Heider, setiap individu pada dasarnya adalah seseorang ilmuwan semu (pseudo scientist) yang berusaha untuk mengerti tingkah laku orang lain dengan mengumpulkan dan memadukan potongan-potongan informasi sampai mereka tiba pada sebuah penjelasan masuk akal tentang sebab-sebab orang lain bertingkah laku tertentu. Dengan kata lain seseorang itu selalu berusaha untuk mencari sebab mengapa seseorang berbuat dengan cara-cara tertentu. Misalkan kita melihat ada seseorang melakukan pencurian. Sebagai manusia kita ingin mengetahui penyebab kenapa dia sampai berbuat demikian.

Dua fokus perhatian di dalam mencari penyebab suatu kejadian, yakni sesuatu di dalam diri atau sesuatu di luar diri. Apakah orang tersebut melakukan pencurian karena sifat dirinya yang memang suka mencuri, ataukah karena faktor di luar dirinya, dia mencuri karena dipaksa situasi, misalnya karena dia harus punya uang untuk membiayai pengobatan anaknya yang sakit keras. Bila kita melihat/menyimpulkan bahwa seseorang itu melakukan suatu tindakan karena sifat-sifat kepribadiannya (suka mencuri) maka kita telah melakukan atribusi internal (internal attribution). Tetapi jika kita melihat atau menyimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh seseorang dikarenakan oleh tekanan situasi tertentu (misalnya mencuri untuk membeli obat) maka kita melakukan atribusi eksternal (external attribution).

Proses atribusi telah menarik perhatian para pakar psikologi sosial dan telah menjadi objek penelitian yang cukup intensif dalam beberapa dekade terakhir. Cikal bakal teori atribusi berkembang dari tulisan Fritz Heider (1958) yang berjudul “Psychology of Interpersonal relations). Dalam tulisan tersebut Heider menggambarkan apa yang disebutnya “native theory of action”, yaitu kerangka kerja konseptual yang digunakan orang untuk menafsirkan, menjelaskan, dan meramalkan tingkah laku seseorang. Dalam kerangka kerja ini, konsep intensional (seperti keyakinan, hasrat, niat, keinginan untuk mencoba dan tujuan) memainkan peran penting.

Menurut Heider ada dua sumber atribusi tingkah laku: (1). Atribusi internal atau atribusi disposisional. (2). Atribusi eksternal atau atribusi lingkungan. Pada atribusi internal kita menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang disebabkan oleh sifat-sifat atau disposisi (unsur psikologis yang mendahului tingkah laku). Pada atribusi eksternal kita menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang disebabkan oleh situasi tempat atau lingkungan orang itu berada.
dua teori yang paling menonjol dari segi konsep dan penelitian, yaitu teori inferensi terkait (correspondence inference) dari Jones dan Davis (1965) dan teori ko-variasi Kelley (Kelly’s covarioance Theory) yang dirumuskan oleh Harlod Kelley (1972).

Teori Inferensi Terkait (correspondence inference Theory)
Analisis tentang bagaimana orang menyimpulkan disposisi dari tingkah laku dilakukan oleh Jones and Davis (1965). Mereka melihat putusan-putusan dari intensi sebagai syarat dari putusan-putusan tentang disposisi. Akan tetapi studi lebih diarahkan kepada faktor disposisional. Teori ini dikembangkan oleh Jones and Davis bermula dari asumsi bahwa seseorang mengobservasi perilaku orang lain dan kemudian menarik kesimpulan tentang disposisi kepribadian orang lain tersebut. Dengan kata lain, teori ini membicarakan tentang bagaimana kita menarik kesimpulan tentang sifat kepribadian orang lain melalui observasi terhadap perilaku orang tersebut. Dan sifat kepribadian tersebut (disposisi) diasumsikan keberadaannya stabil pada diri orang itu dan berlaku dari satu situasi ke situasi lainnya.

(Jones & Davies) ada beberapa faktor yang dapat dijadikan faktor untuk menarik kesimpulan tentang apakah suatu perbuatan disebabkan oleh sifat kepribadian atau disebabkan oleh faktor tekanan situasi. Bila diantara ketiga faktor tersebut di bawah ini ada disaat seseorang melakukan suatu perbuatan, maka tindakan orang tersebut disebabkan oleh sifat kepribadian (disposisional) orang tersebut.

1)      Non Common Effect : Situasi dimana penyebab dari tindakan yang dilakukan seseorang adalah sesuatu yang tidak disukai oleh orang pada umumnya. (misal : Seorang pria menikah dengan seorang wanita yang kaya, pintar tetapi tidak cantik dan sudah tua. Sifat-sifat yang tidak umum ini (Tua dan tidak cantik) inilah yang disebut sebagai non common effect. Orang akan segera saja menyimpulkan bahwa pria itu memiliki sifat-sifat kepribadian yang meterialistic. Mengapa demikian? Sebab umumnya pria tidak menyukai menikah dengan wanita yang buruk rupa dan tua usianya. Sebaliknya pria umum menyukai menikah dengan wanita yang elok parasnya, banyak hartanya, muda usianya, sehat tubuhnya dan sebagainya.
2)      Freely Choosen Act : Banyak tindakan yang dilakukan oleh orang dikarenakan oleh paksaan situasi. (misalnya: seorang wanita muda harus menikah dengan seorang duda kaya yang berusia tua. Wanita itu menikah karena dipaksa oleh orang tuanya. Dari peristiwa itu, sangatlah sulit bagi kita untuk mengatakan bahwa wanita tersebut adalah seorang yang materialistik yang mengejar harta si duda. Tetapi kalau dia sendiri yang ingin menikah dengan duda tersebut sedangkan orang tuanya tidak menyarankan maka dengan mudah kita menarik kesimpulan bahwa wanita itu materialistik. Sebab tindakan untuk menikah dengan duda adalah tindakan atas pilihannya sendiri, bukan tekanan situasi.
3)      Low Social Desirability (menyimpang dari kebiasaan): Kita akan dengan mudah menarik kesimpulan bahwa seseorang memiliki kepribadian tertentu yang tidak wajar bila orang itu menyimpang dari kebiasaan umum. (misal : Jika seseorang menghadiri upacara kematian biasanya orang harus menujukkan roman muka yang sedih dan berempati pada ahlul duka. Kalau orang yang melayat menujukkan hal yang demikian akan sulit bagi kita unyuk mengatribusikan bahwa orang itu orang yang empatik, karena memang begitulah seharusnya. Tetapi bila orang layat lalu menujukkan kegembiraan dengan tertawa terbahak-bahak di saat orang lain susah, maka mudah untuk kita simpulkan bahwa kepribadian orang tersebut agak kurang beres.

Teori ko-variasi Kelley (Kelley’s covaration Theory)

Harlod Kelley dalam teorinya menjelaskan tentang bagaimana orang menarik kesimpulan tentang “apa yang menjadi sebab” apa yang menjadi dasar seseorang melakukan suatu perbuatan atau memutuskan untuk berbuat dengan cara-cara tertentu. Menurut Kelley ada tiga faktor yang menjadi dasar pertimbangan orang untuk menarik kesimpulan apakah suatu perbuatan atau tindakan itu disebabkan oleh sifat dari dalam diri (disposisi) ataukah disebabkan oleh faktor di luar diri. Pertimbangan tersebut yaitu:

1)        Konsensus (consencus): Situasi yang membedakan perilaku seseorang dengan perilaku orang lainnya dalam menghadapi situasi yang sama. Bila seseorang berperilaku sama dengan perilaku orang kebanyakan, maka perilaku orang tersebut memiliki konsensus yang tinggi. Tetapi bila perilaku seseorang tersebut berbeda dengan perilaku kebanyakan orang maka berarti perilaku tersebut memiliki konsensus yang rendah. (misalkan pak Amin adalah penyuka lawakan yang dimainkan oleh group lawakan Srimulat. Setiap menonton pertunjukan Srimulat pak Amin selalu tertawa terpingkal-pingkel dan orang lain pun juga tertawa. Dalam contoh ini dapat kita katakan bahwa perilaku pak Amin dalam hal tertawa menonton lawakan Srimulat berkonsensus tinggi (high consencus). Tetapi bila hanya pak Amin saja yang tertawa sedangkan orang lain tidak tertawa, maka perilaku pak Amin tersebut memiliki konsensus yang rendah.
2)             Konsistensi (consistency) adalah sesuatu yang menunjukan sejauh mana perilaku seseorang konsisten (ajeg) dari satu situasi ke situasi lain. Dalam contoh di atas, jika pak Amin selalu tertawa menonton Srimulat pada hari ini atau kapanpun pak Amin menonton Srimulat selalu tertawa, maka perilaku pak Amin tersebut memiliki konsistensi yang tinggi (high consistency). Semakin konsisten perilaku seseorang dari hari ke hari maka semakin tinggi konsistensi perilaku orang tersebut.
3)             Keunikan (distinctivenss) menunjukan sejauh mana seseorang bereaksi dengan cara yang sama terhadap stimulus atau peristiwa yang berbeda. Dalam contoh di atas, kalau pak Amin tertawa menonton lawakan Srimulat, juga tertawa menonton lawakan lainnya (lawakan Tukul Arwana, extra vaganza, dll) maka dapat dikatakan perilaku pak Amin memiliki keunikan yang rendah (low distinctivess), tetapi kalau pak Amin hanya tertawa ketika menonton lawakan Srimulat sedangkan terhadap lawakan lainnya pak Amin tidak tertawa, maka perilaku pak Amin memiliki keunikan tinggi (high distictiveness). Mengapa demikian? Karena pak Amin konsisten hanya tertawa pada Srimulat, kepada lawakan lainnya meskipun lucu, pak Amin tidak tertawa.
4)             Co-variasi antara ketiga faktor diatas akan menentukan apakah perlaku seseorang akan diatribusikan secara atribusi internal ataukah akan diatribusikan secara ekternal. Perilaku seseorang akan diatribusikan sebagai atribusi internal bila perilaku tersebut memiliki konsensus yang rendah, konsistensi tinggi dan keunikan yang rendah. Perhatikan situasi berikut: saya tertawa menonton srimulat-orang lain tidak tertawa menonton srimulat (konsesnsus rendah), saya selalu tertawa kapanpun saja saya menonton srimulat (konsistensi tinggi), dan saya selalu saja tertawa menonton pertunjukan lawak, tidak hanya dagelan srimulat (keunikan rendah). Menurut anda apa sebab saya tertawa. Apakah karena sifat kepribadian saya yang suka lawakan ataukah karena kecanggihan srimulat yang membuat saya tertawa ?
Dalam situasi yang bagaimanakah orang akan mengatribusikan penyebab perilaku ke atribusi ekternal ? Yaitu bila perilaku tersebut ditandai dengan konsensus yang tinggi, konsistensi tinggi dan keunikan juga tinggi. Mari kita lihat situasi ini : saya tertawa menonton dagelan srimulat orang-orang lain juga tertaa (konsesus tinggi), saya selalu tertawa menonton srimulat kapan saja (konsistensi tinggi), saya hanya tertawa menonton srimulat, kepada lawakan lain saya tidak tertawa (keunikan tinggi).
Apa kira-kira penyebab saya tertawa, apakah karena saya tipe orang yang suka tertawa, ataukah karena memang srimulatnya yang lucu. Dalam situasi demikian ini orang umumnya mengatakan srimulatnyalah yang membuat saya tertawa, karena saya tidak tertawa menonton lawakan lainnya (atribusi ekternal).

Selasa, 02 Februari 2016

Penelitian Dalam Psikologi Sosial

Pengantar




Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan diperoleh dari penelitian yang dilakukan sesuai kaidah ilmiah. Sebagai ilmu pengetahuan harus bersifat ilmiah (logis, sistematis, objektif, terukur).

Tujuan riset dalam psikologi sosial

  1. Deskripsi
  2. Analisis kausalitas
  3. Penyusunan teori
  4. Aplikasi

Metode penilitian berdasarkan tempat : laboratorium dan lapangan


Metode penelitian berdasarkan metode


  1. Observasi sistematis, observasi yang melakukan pengamatan secara teliti dan akurat dan bukan observasi alamiah yang hanya mengamati begitu saja. Jika observer sebagai partisipan maka observer akan memperoleh data utuh tetapi sulit untuk membuat catatan dan menimbulkan ketidaknyamanan bagi partisipan yang diobservasi. Sebakiknya jika observer sebagai non partisipan maka observer tidak dapat mengetahui seutuhnya data pengalaman partisipan, tetapi mudah untuk membuat catatan dan tidak mengganggu partisipan yang lain. Data observasi bersifat aktual tetapi tempat dan situasinya yang terbatas serta tidak mampu mengunkapkan hal yang bersifat personal.
  2.  Metode survei, metode penelitian yang meminta partisipan menjawab pertanyaan tentang suatu aspek. Biasanya digunakan karena ekonomis dan efektif terhadap sampel yang banyak. Metode survei terbagi menjadi cross section (waktu tertentu) dan longitudinal (metode survei yang membutuhkan waktu yang lama). Metode survei ini bertujuan memahami pemikiran, pendapat, dan perasaan individu atau kelompok, juga biasanya dipakai sebagai data evaluasi.
  3. Metode korelasional, metode yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antarvariabel tetapi tidak menjelaskan hubungan sebab akibat. Ciri umum metode ini adalah mempunyai 2 atau lebih variabel yang diteliti. Metode ini terbagi menjadi eksplanasi yang bertujuan mengetahui hubungan antarvariabel, dan prediksi bertujuan memprediksi hubungan antarvariabel (contoh IQ dan memprediksin IPK mahasiswa). 
  4. Metode eksperimen, metode kuantitatif yang bertujuan mengetahui dampak dari perlakuan yang dilakukan terhadap partisipan. Eksperimen berdasarkan tempat terbagi menjadi eksperĂ­men lapangan yang tinggi padavaliditas eksternal dan cocok untuk mempelajari proses sosial psikologis tetapi kontrol terhadap partisipan rendah dan membutuhkan waktu cukup lama, sedangkan eksperimen laboratorium yang tinggi di validitas internalnya dan partisipan dapat dikontrol tetapi kurangnya kekuatan variabel bebas.

Metode pengumpulan data

  1. Pelaporan diri, subjek diminta mengisi angket atau kuesioner.
  2. Observasi, mengamati subjek.
  3. Arsip, data yang telah ada untuk digunakan pada tujuan lain.
  4. Internet, riset digunakan dengan menggunakan media online, contoh survei.

Etika Riset

  1. Informed consent, persetujuan partisipan berpartisipasi setelah mengetahui manfaat dan resiko.
  2. Debriefing, partisipan diberi penjelasan tentang tujuan dan prosedur riset.
  3. Minimal resiko, resiko riset tidak boleh lebih besar dari resiko yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Senin, 01 Februari 2016

Review Film I'm Not Stupid Too

Pada film " I'm Not Stupid Too" dapat disimpulkan bahwa dunia sosial mempengaruhi perilaku sosial individu dimulai dari keluarga hingga teman atau komunitas.


Lingkungan keluarga yang sebagai interaksi sosial utama dan terjadinya proses anak meniru (coping) perilaku orang tua. Pola asuh orang tua terhadap anak juga mempengaruhi perilaku sosial individunya. Pola asuh pada film ini adalah otoriter yang bersifat baik dari pandangan tua bagi anaknya tetapi memaksa dan kaku . Anak yang seharusnya mengikuti minat dan bakat biasanya terhalang dengan pola asuh ini, karena pilihan orang tua yang "Harus". Selanjutnya,  Anak merasa tidak didukung orang tua (tertekan) sehingga lebih memilih teman atau komunitasnya karena lebih merasa diterima.

Komunitas atau teman juga mempengaruhi perilaku sosial individu. Pada film ini, terlihat dua anak yang lebih memilih komunitas atau teman dengan ikut melakukan hal yang komunitas itu lakukan (merokok, berkelahi, mencuri) daripada orang tua karena pola asuh tersebut yang menekan individu.

Tetapi pada akhirnya salah satu orang tuanya sadar bahwa anak butuh bimbingan yang fleksibel dan anak butuh didengarkan, sehingga ia berhasil memperbaiki hubungan antar keluarga. Sedangkan, anak yang satunya lagi orang tuanya meninggal tetapi ia berhasil meningkatkan potensinya dan mengikuti perlombaan sesuai potensinya.

Selasa, 26 Januari 2016

Pengantar SPK dalam Psikologi Sosial (Sejarah-Penelitian-Kajian)

Sejarah Psikologi Sosial

Masa Pra Kelahiran

  1. Zaman Yunani Klasik, ilmu filsafat sebagai cabang dari setiap ilmu (Plato dan Aristoteles).
  2. Lazarus dan Steindhal (1860), mempelajari bahasa, tradisi & institusi masyarakat untuk
    menemukan jiwa manusia institusional yang berbeda dengan jiwa individual.  
  3. Wilhelm Wundt (1880), Psikologi Rakyat (Folk Psychology) & menyejajarkan dengan psikologi
    individu dalam eksperimennya.
  4. Sosiolog E. Durkheim,  teori perilaku masyarakat.
  5. Abad ke 20 Filsuf Prancis Auguste Comte, sebagai peletak dasar perkembangan psikologi sosial
    empiris.

Masa Awal Psikologi Sosial

  1. McDougall (psikologi) dan Ross (sosiologi) (1908), lahirnya dua buku psikologi sosial. McDougall menyatakan psikologi sosial dengan teori insting, sedangkan Ross memfokuskan pada teori struktur sosial.
  2. Allport (1924), lahirnya buku psikologi sosial. Ia menerangkan psikologi sosial dalam pendekatan individual dan pengaruh faktor majemuk pada individu.
  3. Sherif (1935), yang melakukan eksperimen tentang pembentukan norma sosial. 

Masa Perang Dunia I dan II

  1. Adanya studi-studi tentang otoritarianisme.  
  2. Setelah perang, adanya peralihan ke proses individual dan proses interaksi sosial.
  3. Pengaruh psikologi gestalt, penelitian tentang proses kesadaran (kognitif) dan pengaruh pada perilaku sosial individu.

 Dari Masa ke Masa

  1. Pada tahun 1970-1980, penelitian tentang atribusi, sikap, gender, diskriminasi
    seksual, psikologi lingkungan, dan psikologi massa.
  2. Berkembangnya penelitian tentang psikologi sosial terapan
    (contoh: psikologi lingkungan kerja, psikologi lingkungan, psikologi kepolisian).
  3. Pasca 1990, penelitian kognisi dan penerapan psikologi sosial dengan
    perspektif kultural yang multidimensional dan kemajemukan sosial.

Penelitian dalam Psikologi Sosial

  1. Norman Triplett (1898), menyatakan bahwa anak-anak bersepeda beramai-ramai lebih
    cepat dari bersepeda sendiri dan kehadiran orang lain terhadap peningkatan prestasi (pengaruh stimulus sosial).
  2. Western Electric (1920an-1930an), menyatakn bahwa motivasi sosial karyawan sama
    besar atau lebih besar dari motivasi ekonomi.
  3. Sherif (1936), menyatakan tentang pembentukan norma kelompok.
  4. K. Lewin (1947), menyatakan bahwa pengaruh kelompok lebih kuat dari pengaruh seorang
    penceramah.
  5. E.E. Smith (1961), menyatakan teori disonansi (ketidakselarasan) kognitif.
  6. Milgram (1963), meneliti tentang otoritas.

  Kajian dalam Psikologi Sosial

  1. Bagaimana menjelaskan pengaruh orang lain terhadap perilaku seseorang.
  2. Analisa Sosial, contoh Revolusi Prancis, apakah perilaku orang menjadi cenderung emosional ketimbang rasional? 
  3. Contoh lain, Jerman dan Amerika Serikat melakukan studi tentang
    kehadiran orang lain dalam memacu prestasi seseorang (Anak
    belajar mandiri versus belajar kelompok).

Psikogi Sosial versus Sosiologi

Psikologi sosial adalah cabang dari ilmu psikologi yang bergabung dengan ilmu sosiologi.
Psikologi (Perilaku-Individu);Sosiologi (Sosial); Psikologi Sosial (Perilaku sosial individu).